Sabtu, 04 September 2010


Cakakak 1

            Jika kondisi badan sedang mood, aku selalu memaksakan diri datang ke sekolah menjalankan tugas sebagai seorang guru BP. Rekan-rekan guru biasanya selalu ingin tahu perkembangan kesehatanku.
            Ada seorang guru yang kebetulan sedang tidak masuk kelas, karena jam pelajarannya kosong. Dengan semangat dia mewawancaraiku :
Rekan guru      : “Pak Asep, sebenarnya apa penyakit Bapak itu?”
Aku                 : “Gagal ginjal!”
Rekan guru      :  Bagaimana keluhannya?”
Aku                 : “Wah, banyak Bu! Namanya juga gagal ginjal, berarti ginjal saya sudah tak berfungsi. Darah kotor, penuh dengan racun. Sekujur tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki banyak keluhannya. Rambut rontok, mata buram, kepala pening hebat, lambung mual, lidah tak berasa kehilangan rasa pencecap, lutut leklok, kaki pegal linu, dan tubuh gatal-gatal. Pokoknya komplitlah!” saya menerangkannya panjang lebar.
Rekan guru      : “Sudah berapa lama Pak?”
Aku                 : “Ya, sudah hampir 4 tahun.”
Rekan guru      : “Wah! Enggak kerasa, ya Pak?”      
            Aku tersenyum kecut sambil menggerutu dalam hati, “Ku sia teu karasa teh, da ku aing mah karasa pisan pait peuheurna kanyeri teh tiap detik ge!” *
Saya cepat-cepat pergi ke kelas, sedangkan rekan guru tersebut masih berdiri terbengong-bengong beberapa saat.





*Bahasa sunda yang sangat kasar artinya : “Kamu tidak merasakan, sedangkan saya sangat merasakan pahit getirnya sakit tersebut tiap detik.”

Cakakak 2

            Saat sedang berkumpul dengan teman-teman, kami selalu bercanda atau saling melontarkan teka-teki.
            Aku ajukan pertanyaan pada mereka :
            “Bila seseorang mati, semuanya terputus, kecuali yang tiga hal, bukan? Anak sholeh, ilmu yang diamalkan, dan harta yang dizariahkan. Nah, pasien CAPD bukan  3 hal, tapi 4 hal. Yang keempatnya apa?”
            Teman-temanku menjawab,” Tidak tahu, apa ya…?”
            “Yang keempatnya adalah kateter CAPD.” jawabku sambil tertawa.


 Cakakak 3

Bu Dadan, merasa perlu membuang kantong plastik bekas cairan dianeal CAPD punya suaminya. Karton (dus) bekas kemasannya pun menumpuk. Terpikir olehnya untuk menjual barang bekas itu kepada tukang rongsokan. Kebetulan tukang rongsokan lewat. Terjadilah tawar-menawar, dan kesepakatan harga pun tercapai. Plastik Rp.1.500,00 / kg sedangkan harga dus Rp. 1.000,00 / kg.
Tukang rongsokan sumringah, wajahnya berseri. Karena ia mempunyai langganan baru pemasok barang tiap bulan yang lumayan banyak.
Sambil mengurus barang rongsokan tersebut dia bertanya, “Ibu teh  dokter?”
Bu Dadan tak mau ambil pusing untuk menjelaskannya. Ia malah balik bertanya, “Emangnya kenapa?”
“Ini bekas infusannya banyak sekali!” kata tukang rongsokan.
Bu Dadan hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Tukang rongsokan menyodorkan sejumlah uang dan berkata “Ini uangnya Juragan Dokter. Mudah-mudahan tempat praktek Juragan lebih banyak pasiennya, agar plastik bekasnya lebih banyak lagi!”
“Iya, Mang! Terima kasih!” kata Bu Dadan sambil menahan senyum karena sudah dianggap sebagai dokter gadungan.

 Cakakak 4

            Jadwal cuci darahku setiap hari Senin dan Kamis sore selalu ditepati. Saat itu pun aku sudah berbaring di tempat tidur dan siap di tusuk jarum cuci darah. Kebetulan perawat yang akan menusukkan jarum itu bernama Tata.
            Niat isengku tiba-tiba muncul. Aku mengajukan pertanyaan kepada perawat lain yang berdiri di sebelah kananku yang akan memeriksa tensi darahku, Suster Neni.
“Siapa orang terkaya di RSKG ini?” tanyaku sambil menatap Suster Neni.
            Suster Neni menjawab, “Pasti dr. Hasrini R Sudarsono dong! Dirut RSKG.”
            “Salah !” jawabku.
            “Siapa atuh Pak?” tanya suster.
            “Tata !” jawabku singkat sambil menunjuk pada Tata, perawat yang sedang sibuk memasang selang.
            “Kenapa dia Pak ?” Suster Neni bengong.
            “Suster enggak lihat ya? Hampir semua bus kota yang ada di Bandung ini bertuliskan Tata*. Jadi, pasti yang paling kaya itu Tata karena bus miliknya banyak sekali.”
            Suster Neni dan yang kuajak bercanda itu akhirnya tertawa.


            * Tata adalah nama merek bus produk India.


Cakakak 5

            Waktu istirahat rekan-rekan guru ramai mempergunjingkan masalah sertifikasi. Suatu harapan masa depan yang cerah, bila label sertifikasi sudah di tangan, pasti penghasilannya membuat hidup mereka layak, lebih menggairahkan, bahkan bisa untuk berlangganan koran dan akses internet.
            Aku duduk tenang dan mencoba menyela pembicaraan, “Bapak-bapak, Ibu-ibu, saya tidak akan tergiur ikut-ikutan mengumpulkan persyaratan yang ribet untuk sertifiksi, karena saya belum sarjana. Tapi walaupun saya belum bersertifikat, penghasilan saya sekarang sudah menyamai guru yang bersertifikat, bahkan lebih.” Kataku dengan nada tinggi dan meyakinkan.
            Semua guru merasa aneh dengan perkataanku. Mereka menatapku dengan tatapan tak percaya. “Wah kenapa Pak? Kok bisa?” tanya Pak Maskur dan Pak Sumarna berbarengan.
            “Iya! Tak percaya? Saya tiap bulan mendapat bonus voucher belanja Rp. 4,3 juta dari pemerintah.”
            “Wah, hebat! Pak Asep ini belum bersertifikat, gajinya sudah sama dengan yang bersertifikat.” kata rekan-rekan guru yang lain.
            Kelihatannya mereka masih penasaran.
“Nih, lihat! Faktur pengiriman belanja saya tiap bulan Rp. 4,3 juta.” sambil kuperlihatkan tanda buktinya dari PT. Enseval Putera Megatrading Tbk.
            Mereka akhirnya tertawa, karena baru memahami bahwa aku mesti belanja cairan dianeal CAPD yang dibayar atau ditanggung Askes tiap bulan.
            “Nah, betulkan? Gaji saya sudah bersertifikat sejak 4 tahun lalu?” aku tersenyum bangga.


 Ucapan Terima Kasih

Dengan tuntasnya penulisan kisah ini, Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

·         Permata hatiku : Fatmah Tresnasih, S. Pd, Faris Fajar Wibawa, Ulfa Shofi Agnia, Nazla Gina Farfasya, dan Fathiya Bilqis Saida.
·         Keluarga :Papah Oman Abdurrahman, Ibu Siti Aminah, Ibu Tati Maryati, H. Arif Bijaksana, S. Ag, Nurbayani Saleha, Enjang Tedi, S. Sos, Sumi Ajizah, S.Si.,Apt, Zaki Sukmaya, Yayu Fauziah, Hidayat Mulyana, Ace Juarsa, Tiktik Nurhayati, Endah Komarsa, S.Pd.
·         Sahabat sejatiku :  Pak Jejen, S.Pd, Drs.Asep Wawan Budiman, Mpd, Ahmad Mustopa, S.Ag, dan Agus Sodikin.
·         Tim medis : Prof. DR. Rully MA. Roesli,dr.Sp.PD-KGH, dr. Jhon Manurung,
Ria Bandiara, dr.Sp.PD-KGH, dr. Rusma, dr. Cahyo, Asep Sumpena, Mas Slamet,  dkk.  
·         Pimpinan dan seluruh karyawan RSKG Ny. R. A. Hbibie, Bandung.
·         Pimpinan dan staf karyawan RS Hasan Sadikin, Bandung
·          Pimpinan dan staf karyawan Laboratorium Prodia,Bandung.
·         Pimpinan dan staf karyawan Laboratorium Pronira, Garut
·         Pimpinan dan staf karyawan RS Guntur, Garut.
·         Pimpinan dan staf karyawan RSU dr. Slamet, Garut.
·         Pimpinan dan staf karyawan RSU Tasikmalaya terutama bagian Poli Dalam.
·         Pimpinan dan staf karyawan PUSKESMAS Bagendit, Garut.
·         Pimpinan dan staf karyawan PT. Askes Bandung, Tasikmalaya, dan Garut.
·          Pimpinan dan staf karyawan PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Tasikmalaya.
·         Pimpinan dan staf karyawan PT. Kalbe Farma.
·         Kepala Sekolah SMPN 1 Banyuresmi Garut,  seluruh staf pengajar, staf TU, staf tata laksana,dan seluruh siswa tercinta.
·         Anak-anak Panti Sosial Asuhan Anak Nurul Ihsan Bandung, dan Panti Sosial Asuhan Anak Cahaya TaQua Cimahi.
·         Teman-teman sependeritaan dan keluarganya di RSKG Ny. R. A. Habibie, Bandung.
·        Dan seluruh sahabat, kenalan yang telah memberikan do’a spirit, moral atau materil yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

1 komentar: